Makna Puasa Menurut Syara’
MAKNA
puasa secara bahasa adalah menahan dan mencegah. Sedangkan menurut syariat
islam adalah menahan dan mencegah diri secara sadar dari makan, minum,
bersetubuh dengan perempuan dan hal-hal semisalnya, selama sehari penuh. Yakni
dari kemunculan fajar hingga terbenamnya matahari, dengan niat memenuhi
perintah dan taqarub kepada Allah SWT.
Ada
2 hal yang dibolehkan selama malam-malam bulan Ramadhan, yakni hubungan badan
lelaki dan perempuan (suami-istri), kemudian dibebaskan untuk makan dan minum
sepanjang malam hingga terbit fajar, kemudian Allah memerintahkan untuk
menyempurnakan puasa hingga malam, yaitu terbenamnya matahari (Al Baqarah:187).
Hikmah Puasa
Dalam
ibadah puasa terdapat sejumlah hikmah dan maslahat di antaranya adalah:
1.
Tazkiyah an-nafs (pembersih jiwa)
Dengan
mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya kemudian
melatih diri untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah. Meskipun ia harus
meninggalkan apa yang ia senangi dan membebaskan diri dari hal-hal yang melekat
padanya.
2.
Puasa mengangkat aspek kejiwaan mengungguli aspek materi pada manusia
Harus
diingat bahwa manusia tercipta terdiri adri 2 unsur yakni tanah dan ruh. Unsur
tanah menyeret manusia untuk kebawah dan saat ia tak mampu mengendalikannya
maka ia akan lebih rendah dari binatang. Sedangkan unsur ruh yang ditiupkan
ilahi mengangkatnya ke atas, saat unsur ini dominan maka bukan tak mungkin ia
semulia malaikat Allah. Dan dengan puasa ini biasanya aspek-aspek ruh dominan
terhadap aspek-aspek tanah.
3.
Puasa menjadi tarbiah bagi iradah, jihad bagi jiwa, pembiasaan kesabaran, dan
pemberontakan terhadap hal-hal yang mentradisi
4.
Puasa berpengaruh mematahkan gelora syahwat
Nafsu
seksual adalah senjata setan yang paling ampuh untuk menundukkan manusia.
Sehingga sebagian orang menyimpulkan bahwa ia adalah penggerak perilaku
manusia. Puasa dapat mempengaruhi dan mematahkan gelora syahwat ini dan
mengangkat tinggi-tinggi nalurinya, khususnya saat terus-menerus melakukan
puasa karena mengharap pahala Allah SWT.
5.
Puasa menajamkan perasaan terhadap nikmat Allah
Akrabnya
nikmat bisa membuat orang kehilangan perasaan terhadap nilainya. Ia tidak
mengetahui kadar kenikmatan, kecuali ketika kenikamatan itu hilang daripadanya.
Misalkan seorang yang sehari-harinya makn dan minum terkadang lupa untuk
sekedar mengucap hamdalah, namun bedakan dengan mereka yang selama seharian
penuh tak menemukan seteguk airpun untuk diminum, pada saat berbuka ada suatu
dorongan yang ringan untuk berucap Alhamdulillah, sebuah ungkapan rasa syukur
atas nikmat yang telah ia dapatkan.
6.
Puasa menanamkan dalam diri orang mampu agar berempati terhadap derita fakir
miskin
Puasa
memaksa orang untuk lapar meskipun sebenarnya ia bisa saja kenyang agar
tertanam dalam diri orang tersebut (mampu) untuk merasakan dan berempati
terhadap derita orang-orang fakir miskin. Sebagaimana dikatakan Ibnul Qayim “Ia
dapat mengingatkan mereka akan kondisi laparnya orang-orang miskin.”
7.
Puasa mempersiapkan orang untuk naik tingkat ke derajat taqwa
Ramadhan
dapat dikatakan sebagai madrasah mutamayizah (sekolah istimewa) yang dibuka
oleh Islam setiap tahun untuk proses pendidikan praktis menanamkan nilai-nilai
yang agung dan hakikat yang tinggi. Barangsiapa menjalin hubungan baik dengan
Tuhannya, mengerjakan puasa, mengerjakan qiyamullail sesuai syariat maka ia
akan berhasil menempuh masa-masa ujian ini dan mendapatkan keuntungan yang
besar dan penuh berkah. [Sumber: Fiqih Puasa, Yusuf Qardhawi]
No comments:
Post a Comment