Ikhwan akhwat ya rahimakumullah...
Ada sebuah cerita bahwasannya terdapat sebuah masjid di suatu kampung. Tidak begitu besar dan tidak
begitu mewah. Bangunannya sederhana, tidak semodern masjid-masjid di
kota. Usia masjid tersebut sudah puluhan tahun. Hanya sedikit renovasi
di bagian atap teras dan sedikit pugaran pada bagian kubahnya. Masjid
itu selalu tampak sepi. Desa yang cukup luas dengan penduduknya yang
berjumlah ratusan hanya diwakili satu masjid sebagai tempat ibadah.
Agama mereka tentu saja adalah mayoritas Islam.
Jika tiba waktu dikumandangkan azan shubuh oleh seorang aki-aki yang
usianya melebihi separuh abad, dengan suara yang serak-serak memecah
keheningan pagi, dengan harapan para jamaah akan datang berduyung-duyung
dengan sarung serta sajadah di pundak (laki-laki).
Juga balutan mukena putih dengan tentengan tas berisi sajadah
(perempuan). Namun, sungguh sangat disesali jamaah yang hadir cuma
segelintir orang. Satu shafpun jauh dari penuh. Tiga, empat orang dan
jika mencapai lima jamaah itu sudah jumlah yang cukup signifikan. Itu
pula hanya terisi oleh para manula yang usianya di atas lima puluhan.
Lantas kemana yang lainnya? Di mana para generasi mudanya? Tidakkah
mereka mendengar suara azan di telinga mereka? Ataukah barangkali mereka
terlalu sibuk di sore hari hingga tidak bisa meninggalkan kasurnya yang
empuk? Allah Swt memanggil sholat di waktu shubuh, mereka terkesan
cuek.
Tiba waktu dhuhur masjid berbunyi untuk mengabarkan waktu sholat
dhuhur. Jamaah bisa dihitung dengan jari. Alasan sebagian orang cukup
simple, sedang bekerja. Masjid bergema di waktu ashar menandakan sholat
ashar telah tiba. Mereka beralasan pulang kerja sedang capek butuh
istirahat. Allah Swt diabaikan untuk yang kesekian. Saat sholat magrib
masjid sederhaa itu masih tak lelah-lelahnya memanggil mereka para
penduduk kampung dengan lengkingan suara azan.
Mereka tetap enggan meninggalkan peraduannya. Waktunya belajar,
waktunya prepare untuk besuk pagi dan alasan-alasan lain. Masjid
sederhana itu masih menunggu mereka untuk menunaikan sholat isya’.
Jamaah yang datang masih tetap orang yang sama. Kemana yang lain? Tidur.
Besuk kan harus bangun pagi-pagi untuk bekerja. Masjid sederhana itu
akan memaklumi jika mereka membuat seribu alasan sehingga lalai
mengunjunginya. Pada momen sholat jum’at jamaah laki-laki yang hadir
hanya cukup untuk mengisi satu shaf saja. Tidakkah juga mereka nengenal
sholat jum’at? Padahal Allah menanti mereka di sana. Menanti munasabah
hamba-hambanya.
Apakah mereka sudah lupa dengan Tuhannya?
Mari ikhwan akhwat ya rahimakumullah, sudah sepatutnya kita makmurkan kembali masjid dengan cara sholat berjamaah didalam masjid yang ada disekitar kita, karena pada hakikatnya, pahala shalat kita lah yang akan dihisab duluan di akhirat kelak.
Sumber : www.islampos.com
No comments:
Post a Comment